Senin, 27 September 2010

MIMPIKU

Aku mulai melangkah ke arah sinar itu, sudah 40 hari aku terjebak dalam gurun yang panas dan sepi, gersang dan tak ada manusia. Entah kapan dan bagaimana aku telah berada di gurun ini, dan rasa haus serta lapar telah meliputi diriku. 
Dengan sisa tenaga aku berjalan tertatih-tatih ke arah sinar itu sambil berharap ada jalan keluar dari gurun yang mencekam ini. Semakin aku dekat kearah sinar itu semakin silau rasanya dan seiring dengan itu aku semakin bertanya-tanya :"mengapa sinar itu semakin besar dan menyilaukan ?" dan sekejap aku sudah tidak bisa melihat apa-apa.
Aku berhenti karena aku tidak bisa melihat apa-apa lagi, dan perlahan aku duduk sambil berkata lirih : BAPA....dimana ENGKAU ?....Tolong anakMU ini...sebab aku tidak bisa melihat apa-apa lagi..."
. Aku duduk terdiam dan hanya terdiam....semuanya gelap....dan inilah hari keempat puluh aku berada di gurun pasir ini.
Tiba-tiba...aku merasakan ada yang mengangkatku dan menggendongku....hawanya panas namun aku merasakan kenyamanan...Masih jelas terasa betapa besarnya tangan itu dan sekejap aku sudah dirangkulNYA sambil aku merasakan bahwa seluruh tubuhku telah mengawang bersamaNYA. Oh ...akan kemana aku dibawa olehNYA ?
Aku tau itu adalah BAPA ku yang menciptakan langit dan bumi, Tuhan atas segala tuan. Aku begitu mengenalNYA karena aku tahu itu adalah kesukaanNYA...tapi aku berkata : "BAPA...secepat inikah ? Aku masih harus menjalani tugasku seperti ayahku untuk menjala manusia.....tapi....kehendakMU lah yang jadi".
Saat DIA berbicara untuk pertama kalinya " CELIKLAH " maka celiklah mataku dan seketika itu aku telah menemukan diriku terduduk di atas kasurku, dan kutahu bahwa aku telah bermimpi.
Segera aku berdoa untuk mengucap syukur padaNYA dan aku merenungkan mimpi itu. Aku tahu bahwa gurun itu adalah dunia ini, aku tahu bahwa di dunia ini aku akan tetap kesepian, merasakan keganasan, merasakan kelaparan, kehausan, namun satu hal yang kupercaya bahwa MATANYA tertuju padaku.....
Hmmm...aku segera beranjak dari tempat tidur untuk bergegas mandi sebab aku harus berangkat pagi ini untuk menimba ilmu di SMP Negeri 45 Jakarta Barat.......hahahaha
begitu saja...semoga pembaca terberkati.....
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Rabu, 18 Agustus 2010

MY AIMS

Suatu ketika, papa membawaku ke pusat pertokoan untuk membeli beberapa peralatan yang beliau butuhkan untuk berangkat ke lapangan.Maklum sebagai seorang geologist, beliau harus mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Tiba-tiba beliau bertanya :"Apa yang menjadi kerinduanmu Peter dalam hidup ini?"...Hmmm ragu-ragu aku sejenak, namun sesaat kemudian kujawab dengan pasti.....
"Aku suka alam, aku ingat saat papa membawaku berjalan dari gua Belanda di Dago Pakar hingga Air terjun Maribaya....Aku ingat ketika aku lelah sesekali ayah menggendongku dipundak...sampai kita tiba di air terjun Maribaya. Meski aku masih kecil kala itu namun bayangan keheningan dan keteduhan alam telah terpatri di hatiku...jadi jika TUHAN berkehendak, aku mau menjadi geologist sembari membawa kebenaran dalam kehidupan ini."
Papa tersenyum sambil berkata :"Ya itu juga baik, yang penting kamu belajar bertanggung jawab sejak dini. Jika engkau setia dalam perkara-perkara kecil maka dalam perkara besar engkau akan di percayakan."
Aku merenungkan omongan papa itu saat kami diam diperjalanan menuju rumah.....dan memang ini yang aku renungkan bahwa hidup sesungguhnya sangat simple...jalani seperti air mengalir dengan tidak terlalu menentang arusnya maka cepat atau lambat pastilah akan tiba di samudera luas....
Semoga BAPA ROH KUDUS dalam nama TUHAN YESUS KRISTUS berkenan dengan impian ini demi kemuliaan namaNYA


Selasa, 17 Agustus 2010

PANJINYA ATASKU ADALAH CINTA

Wahai angin...engkau tak mampu tunjukkan aku arah...
Jika engkau hadir sebagai puting beliung yang melantakkan darat...
Wahai air...dikau tak jua bisa membawa aku di atas ombakmu..
Andai kau hadir sebagai badai selatan yang membahana....
Wahai pujangga...engkau juga tak punya kuasa membuatku terpana...
Semisal bait-bait yang kau goreskan tiada makna....
Yang akan membawaku arah...membawa aku ke atas...dan terpana...
Hanyalah CINTA....CINTA KASIH BAPA ku SANG PENCIPTA....
YESUS KRISTUS yang mati demi cintaNYA akan aku....
Sebab panjiNYA atasku adalah CINTA.....DIA membawa aku ke rumah pestanya....

Rabu, 11 Agustus 2010

SEKILAS PANDANG ENAM TAHUN DI SD SERAPHINE

Kenangan ini akan menjadi bagian dalam kehidupanku yang tidak akan terlupakan.Mereka adalah teman-teman yang menyenangkan. Enam tahun kami dibentuk dalam jalinan persahabatan. Tak dipungkiri ada kekesalan, ada kemarahan, tetapi juga ada tawa dan canda.Semua adalah proses buat kami dibentuk dalam jalinan persahabatan tanpa memandang suku apa dan agama apa; juga tidak memandang status kaya atau miskin.
Teringat jelas jika bermain futsal dan game selepas pelajaran sekolah usai, wah suatu kenangan manis dan sulit terlekang dari benakku. Dulu memang tak terlintas dalam pikiranku bahwa aku akan merasakan kehilangan mereka. Sekarang takterasa beberapa bulan kami sudah tidak bertemu, namun masih sering terlintas semua kenangan indah bersama teman-temanku dulu.
Semua sudah berlalu. Mungkin kilasan photo-photo ini yang akan mengingatkanku sama semua mereka teman-teman yang kukasihi, yang telah membuat aku berarti dan mengerti secara perlahan bahwa aku juga harus melanjutkan tapak kaki melangkah untuk menemukan sahabat-sahabat lain dengan beraneka latar belakang sosial. 
Memang ayahku pernah mengatakan bahwa dulu gurunya sewaktu SMP pernah berkata :"waktu itu adalah kejam" .Saat kutanya beliau, dijelaskannya bahwa yang dimaksud dengan itu adalah bahwa "waktu tidak bisa kembali....andai kau membuat luka hati orang maka itu tak bisa diulangi selain meminta maaf, namun sekalipun kau telah meminta maaf tetapi luka itu sudah pernah ada."....hmmmmm dalam benar makna kata-kata itu.
Hahahaa......kalau kulihat photo ini maka seolah-olah aku sedang menjalankan pepatah orang tua yang berkata "kejarlah ilmu ke negeri cina" ....tuh orang cinanya memelukku penuh bersahabat.......ya semoga ini menjadi simbol persaudaraan anak-anak manusia tanpa memandang kesukuan.
Alangkah indahnya dunia tanpa rasa benci...tanpa rasa iri dan dengki.....tanpa tipu-tipu....Alangkah romantisnya dunia jika dipenuhi persahabatan.....kasih....persaudaraan.....dan sikap saling peduli....ya namun sepertinya semua itu sulit jika melihat fakta bahwa manusia selalu menganggap dirinya paling benar.....
Photo disamping inipun mengisahkan banyak cerita semasa retreat di Pratista. Disana aku merasakan tidur sekamar dengan teman, ada kebersamaan, sukacita dan ceria. Dibalik keseriusan bimbingan yang diberikan oleh bapak dan ibu guru, selalu ada kisah-kisah menjengkelkan dan cerita-cerita lucu disana. 
Memang sekali lagi harus aku akui, betapa kejamnya waktu yang tidak akan kembali untuk semua keindahan, tapi lebih dalam kurenungkan bahwa itupun baik karena waktu harus tetap maju untuk membentuk kedewasaan pada diri kami masing-masing.
Seraphine Bhakti Utama tetap tak tergugat merupakan salah satu lembaran perjalanan hidup seorang Peter Andreas Devonian Purba...yang kini sedang melangkah menanjak remaja.....

Bergaya.....so pasti bagian dari hidup kami, bebas berekspresi namun terarah..salah satu yang kudapat dari bimbingan orangtuaku di sekolah (Bapak/Ibu guru).

Di sekolah SD Seraphine aku dibentuk lebih percaya diri, mengenal potensi diri, menggali kekuatan diri untuk mencapai cita-cita dimasa depan,
Namun tetap itu merupakan awal, aku juga harus menjalani wilayah sekolah lain untuk memperkaya pengetahuan itu dan SMPN 45 Jakarta Barat yang kuyakini bahawa TUHAN telah menempatkan aku disana. Bapak dan Ibu guru di SMPN 45 ini pun aku yakini akan membimbingku dengan cara dan gaya yang unik yang masing-masing dimiliki oleh Bapak/Ibu guru dalam membentuk kepribadian yang kokoh.
Deretan panjang sebagian anak negeri....satu pesan yang kuharapkan pada teman-teman SD ku semuanya:" Ini negerimu....disini engkau lahir...disini engkau dibesarkan...disini engkau dididik....jangan lupakan negeri ini. Cintai negeri ini...rapatkan barisan dan saling mendukung di masa depan...pertemuan ada maknanya...perpisahan hanya sejenak untuk kita memperkaya wawasan dampai suatu ketika kita kembali bertemu untuk bersama memajukan negeri ini."
Kuharap padamu wahai teman-temanku...mungkin dimasa lalu engkau tidak menyukai bangsa dan negeri ini oleh perbedaan. Mungkin engkau kesal saat mendengar kisah Mei 1998...namun aku minta lupakan semua itu, jadikan saja sebagai pembelajaran....mari kita fokus kedepan....memberi yang terbaik sebelum ajal menjemput kita berpaling pada SANG KHALIK.

Kalau anak gadis manis dan tomboy yang satu ini....hehehehe...aku tidak akan banyak menjelaskannya karena aku yakin teman-temanpun sudah tahu..hehehehe














Senin, 09 Agustus 2010

INGWER LUDWIG NOMMENSEN

Ingwer Ludwig Nommensen dilahirkan 6 Pebruari 1834 di Nortstrand, sebuah pulau kecil di Jerman Utara. Ia menggembala domba pada musim panas untuk membantu orang tuanya yang tunakarya karena sakit-sakitan. Ia juga sering kelaparan dan mencari sisa-sisa makanan di rumah orang-orang kaya bersama teman-temannya. Waktu luangnya digunakan untuk bekerja sebagai buruh tani atau membantu tukang yang memperbaiki atap rumah. Ia seorang yang ulet dan gigih, tidak kenal menyerah.
Pada usia 12 tahun, saat sedang bermain kejar-kejaran dengan temannya, ia tertabrak kereta kuda hingga kakinya patah dan dia harus berbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan. Sekalipun sedih, ia bersyukur karena teman-teman sering menengok dan menceritakan pelajaran dan cerita-cerita yang mereka dengar dari guru. Cerita tentang pengalaman para pendeta yang pergi memberitakan Injil sangat mengesankan baginya. Setelah dirawat beberapa waktu lukanya makin parah sehingga dia tidak dapat berjalan sama sekali. Dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya. Nommensen yang sudah ada kerinduan untuk menjadi pemberita Injil, menjadi bingung. Dia membaca firman Tuhan dalam Yohanes 16:23, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku”. Firman ini membuat Nommensen bertanya kepada ibunya, “Apakah perkataan Yesus masih berlaku?” Mendengar jawaban ibunya, ia minta didoakan untuk kesembuhannya dan berjanji akan pergi memberitakan Injil kepada orang yang belum mengenal Kristus; apabila sudah sembuh kelak. Tidak lama kemudian ia memperoleh kesembuhan total. Dan pada umurnya 15 tahun ia meneguhkan iman dengan menerima sidi.

Setelah dapat berjalan kembali dengan baik, pada tahun 1853 dengan berbekal sepatu dan pakaian seadanya, ia pamitan dengan orangtua dan sanak kerabatnya untuk memulai tugas penginjilan. Awalnya ia mau menginjil di luar daerah, namun dia gagal menjadi kelasi di pelabuhan Wick. Beberapa minggu kemudian di Boldixum, ia bertemu dengan mantan gurunya, Hainsen, yang akhirnya mengangkat Nommensen menjadi pembantunya setelah beberapa waktu menjadi koster. Ia di tempatkan di Tonderm dan di sinilah ia bertemu dengan Pendeta Hausted yang mengajarnya bagaimana menjadi seorang pemberita Kabar Baik. Setelah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sulitnya medan misi dan tantangan-tantangan sebagai penginjil, ia akhirnya melamar di Lembaga Pekabaran Injil Rhein (RMG). Pada tahun 1857, Nommensen belajar di sekolah pendeta di Barmen. Disamping kuliah, ia juga menjadi tukang sepatu, tukang kebun, tukang sapu dan juru tulis sekolah itu.Ia berhasil lulus dan ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861 lalu berangkat ke Belanda.


Sehari sebelum Natal pada tahun 1861, dengan kapal Pertimax, dia menuju Sumatera. Bulan Mei 1862, ia tiba di Padang (setelah 142 hari mengalami penderitaan di atas kapal). Di sinilah ia mengucapkan doa penyerahannya yang agung, “Seluruh hidup, tenaga, badan dan jiwa dan segala rahmat yang KAU limpahkan kepadaku, kuserahkan kembali kepada-Mu. Aku tidak dapat membalas kasih-Mu yang menyelamatkanku. Semua yang ada padaku, dari pada-Mu jua kuterima karena itu semuanya bukanlah kepunyaanku.” dan mengawali pelayanannya di Sumatera. Kemudian dia melanjutkan perjalanan ke Sibolga dan memulai pendekatan kepada orang Batak di daerah Barus. Dengan rajin, dalam waktu yang singkat ia dapat menguasai bahasa Batak dan Melayu, mempelajari adat istiadat setempat dan mengadakan pendekatan terutama kepada raja. Setelah merasa mengetahui banyak hal tentang penduduk setempat, dia mulai mengunjungi desa-desa yang terpencil yang penduduknya masih kanibal. Sekalipun ia sangat ramah namun ia mendapat banyak kesulitan, mereka juga mencurigainya sebagai

mata-mata Belanda yang hendak menaklukkan bangsa Batak yang merdeka itu.
Nommensen tidak takut walaupun mereka berusaha mengusirnya. Sembari berkotbah ia mengobati yang sakit dan menghibur mereka dengan bermain Harmonika. Ia mendapat sambutan ramah dari penguasa Desa Rambe. Karena dia tidak diizinkan oleh Residen Belanda untuk mendirikan rumah di situ, ia berangkat ke Sigompulon dan menemui Pendeta Heine dan Van Asselt.

Sekalipun banyak tantangan, semangatnya tidak surut. Selain berkotbah, mengunjungi dan mengobati orang sakit; dia mulai bergerak di bidang pelayanan pendidikan. Di Parau Sorat, Nommensen mendapat kesulitan makanan. Sering kali ia hanya makan bubur dan susu kerbau di pagi hari dan nasi campur pisang goreng di sore hari. Pemerintah juga melarangnya masuk pedalaman. Oleh sebab itu ia mengubah strategi pelayanan dengan memulai dari kota, Tapanuli. Pada awal tahun 1864, ia pindah ke Silindung dan mengalami suatu peristiwa ajaib. Ia mengahadiri acara pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya masyarakat menyembelih seekor kerbau dan seorang manusia. Karena penyembah berhala tidak menyukainya, maka Sibaso (pengantar roh-roh halus) yang sedang kerasukan roh jahat menyuruh khalayak membunuhnya. Ia tidak takut, malah tampil ke depan seraya berkata,”Roh yang berbicara melalui Sibaso bukanlah roh Siatas Barita, nenek moyangmu, melainkan roh setan. Nenek moyangmu tidak mungkin menuntut darah salah seorang keturunannya!” Setelah Nommensen berkata demikian, Sibaso jatuh tersungkur dan mereka tidak lagi menggangunya.


Tanggal 29 Mei 1864, dia mendirikan rumah di Sait ni Huta Tarutung dan memulai misi pelayanan injil di Tapanuli Utara dan mendirikan jemaat yang pertama di Huta Dame. Ia merancang perkampungan itu menjadi perkampungan Kristen. Dia menerapkan prinsip-prinsip hidup yang khas, prinsip kerja yang teratur dan padat dan mengajarkan jemaat agar setiap pukul 06.00 berdoa sambil membaca firman Tuhan untuk bekal sepanjang hari. Pukul 09.00, 12.00, 15.00 dan 18.00 loceng selalu dibunyikan untuk mengingatkan orang Kristen untuk menghadap Tuhan di manapun mereka berada. Pukul 19.00 – 21.00 orang-orang dewasa dan para pelajar berdoa. Dalam komunitas Huta Dame ibadah diatur secara ketat setiap hari. Di kemudian hari ia berhasil menyusun tata gereja bagi jemaat. Ia memperhatikan nasib orang miskin. Bersama jemaat dia mengumpulkan dana dan membeli sawah untuk digarap, memintakan Residen Belanda agar menjamin keamanan masyarakat dan meminta tentara untuk tidak membakar rumah-rumah rakyat.


Pada tahun 1873, Nommensen mendirikan gedung gereja, sekolah dan rumah pribadinya di Pearaja yang kemudian menjadi pusat Huria Kristen Batak Protestan. Tuhan memberkati pelayanannya sehingga injil semakin meluas. Ia juga menerbitkan cerita-cerita Batak, menterjemah Perjanjian Baru ke dalam bahasa Toba. Pada tahun 1891, dia pindah ke Kampung Sigumpar sampai akhir hidupnya. Ia berusaha memperbaiki system pertanian, peternakan dan meminjamkan modal usaha bagi jemaat yang kurang mampu. Disamping menebus para hamba dari tuannya, ia mendirikan sekolah-sekolah dan balai –balai pengobatan. Untuk melanjutkan pelayananya, Nommensen melatih para orang Batak . Ia mendirikan sekolah penginjil dan sekolah pendidikan guru. Kerana jasa-jasanya ia diangkat menjadi Ephorus oleh pimpinan RMG pada tahun 1881 dan pada 6 Pebruari 1904, pada ulang tahunnya yang ke 70, Universitas Bonn menganugerahi gelar Doktor Honoris Causa kepadanya. Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, Rasul Orang Batak, meninggal dunia di Sigumpar setelah melayani selama 57 tahun. Namanya diabadikan sebagai nama Universitas HKBP Medan dan Permatang Siantar. Dari hasil pelayanannya lahirlah beberapa gereja besar seperti: HKBP, GKPI, HKI, GKPS, GBKP, GKPA yang saat ini tersebar di Indonesia dan Singapura.

Minggu, 08 Agustus 2010

ADA PERTEMUAN ADA PERPISAHAN

Tak terasa sudah kurang lebih satu bulan aku menimba ilmu di SMPN 45 Jakarta Barat ini. Sejenak aku merenung saat-saat aku di Sekolah Dasar Seraphine Bhakti Utama, Cengkareng Indah...Tiba-tiba ada rasa kangen kepada teman-teman yang selama 6 tahun bersama belajar dan bermain. Meski masih di kota dan daerah yang sama, namun kesibukan telah membuat kami tidak dapat bersua sebagaimana biasanya......
Ah memang itulah dunia, banyak hal yang menyukakan dan banyak juga yang membuat sedih. Tak dipungkiri memang "dimana ada pertemuan akan ada pula perpisahan". Ya....akhirnya aku menyadari bahwa perpisahan dengan teman-teman SD ku yang dulu penuh kenangan, merupakan bagian hidup yang harus aku jalani...untuk belajar di depan sana bersiap menerima perpisahan.....bahkan dari orang-orang terdekat....
Semua tidak perlu disesali...semua adalah bunga-bunga kehidupan dari sebuah perjalanan hidup anak manusia....

Sabtu, 07 Agustus 2010

WAKA WAKA

You’re a good soldier
Choosing your battles
Pick yourself up
And dust yourself off
And back in the saddle
You’re on the frontline
Everyone’s watching
You know it’s serious
We’re getting closer
This isnt over
The pressure is on
You feel it
But you’ve got it all
Believe it
When you fall get up
Oh oh…
And if you fall get up
Oh oh…
Tsamina mina
Zangalewa
Cuz this is Africa
Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
This time for Africa
Listen to your god
Shakira Waka Waka lyrics found on
This is our motto
Your time to shine
Dont wait in line
Y vamos por Todo
People are raising
Their Expectations
Go on and feed them
This is your moment
No hesitations
Today’s your day
I feel it
You paved the way
Believe it
If you get down
Get up Oh oh…
When you get down
Get up eh eh…
Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
This time for Africa
Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
This time for Africa